Bukan Sekedar Cinta Biasa 1*

Hari ini sengaja aku biarkan hati ini mencari jawaban atas kegundahan yang diciptakannya. Tanpa tujuan kuberjalan ditengah keramaian, ku amati orang-orang sekitar. Ada banyak hal yang bisa kupelajari dari rangkaian peristiwa yang kulihat selama perjalanan demikian pula perilaku mereka mengundang perhatianku untuk kemudian merenungi betapa banyak hal yang bisa kupelajari dan banyak hal yang belum kuketahui. Hemm..senyum kuterus saja berkembang memperhatikan diantara orang-orang tersebut. Tak sadar ditengah ketakjubanku mengamati kejadian demi kejadian tersebut sekelebat wajah berjalan tangkas namun tetap anggun. Seketika pandanganku pun teralih namun tak berani menatap lama (he..kok jadi takut, gimana gitu…). Tak sadar diri berucap, “Subhanallah…”. Jadi teringat sebuah nasyid. He…

Perhiasan yang paling Indah
Bagi seorang Abdi Allah
Itulah WANITA SHOLEHAH
Dia menghias Dunia…

”Begitu indahnya apabila dunia dihiasi oleh wanita-wanita seperti ini” gumamku. Takut diri terlalu lama “melanglang buana” di alam khayal kucepat-cepat mengalihkan pikiranku. Astaghfirullah…sadar diri aku harus menjadi lebih baik untuk mendapatkan perhiasan dunia ini. Seperti halnya kata Ust. Salim, “mencari jodoh yang baik adalah dengan senantiasa memperbaiki diri hari demi hari. Lalu kita menjemputnya dari tangan Allah diiringi senyuman sang Bidadari”. He..So Sweet…
Seperti orang gila kutersipu sipu malu sendiri sambil bergegas meninggalkan tempat tadi. Sepertinya cukup sudah aku memanjakan hati ini dengan segala hal yang ditemuinya hari ini. Saatnya pulang untuk melakukan aktivitas berikutnya.

Maka apabila engkau telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain…” (al insyirah:7)

Di tengah perjalanan aku berpapasan dengan berbagai hal, termasuk ”kaum hawa” yang saya pikir sah-sah saja seorang “Adam” cendrung lebih mudah melepaskan pandangannya pada ciptaan Allah ini (asal jangan sampai membangkitkan syahwat setan saja. He..inga inga..), tetapi tidak dapat dipungkuri dari sekian kaum hawa yang kupandang tersebut belum ada yang mampu membuat hati ini se-tentram memandang wanita sebelumnya. Swear… kalau yang sekedar cantik banyak, yang pintar juga banyak,atau sekedar sifatnya baik juga relative, tetapi kalau yang seperti ini “langka”.
Dia menurutku seperti “bunga mawar”. Dia indah dengan pesona bentuk dan warna yang anggun tetapi dia tidak mudah seenaknya disentuh apalagi dipetik, dia mulia dengan “durinya”. Balutan jilbab yang menutup rapat auratnya (tapi tidak seperti trend sekarang ini yang masih menonjolkan lekuk tubuh.. Yang ini beda bro. He..) menjadikan dia bak seperti dilindungi duri yang membuat segan orang memandangnya tanpa harus kehilangan pesona. Ya duri itu adalah “prisip hidupnya” yang senantiasa menjadikannya beda dan mulia. Apalagi bila dia sudah berucap, ucapan dari kata-katanya adalah kata-kata penuh kebaikan nan menyejukkan. “Subhanallah Indahnya ciptaan Allah ini”, gumamku.
Sampai dirumah berbagai schedule telah menungguku tapi yang satu ini harus segera diprioritaskan, membersikan dan merapikan kamar yang penuh tumpukan buku yang kujadikan referensi membuat tulisan semalam. Kubersihkan kertas-kertas penuh coretan yang berserakan dan tidak terpakai lagi. Kamarku memang jadi seperti tempat sampah karena kemalasanku membuang sampah pada tempatnya, maklum karena fokusnya merangkai kata untuk sebuah tulisan jadi tidak sempat untuk sekedar berjalan mencari kotak sampah.hemm…selain itu juga turut bertumpukan buku-buku yang dibiarkan tidak pada tempatnya. Sambil merapikan buku-buku dengan mengembalikan pada tempatnya semula. Satu per satu aku amati judul buku yang telah kurapikan sampai tak sengaja mataku tertuju pada sebuah judul buku yang ditaruh dekat buku yang kurapikan. Buku tersebut berjudul “Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan” karya Ust. Salim. Memang sudah lama buku ini aku parkir di rak buku, waktu itu aku hanya membaca buku ini sekilas. Kini seolah menjadi jawaban hati yang gundah terus mendesak agar aku membaca buku ini. “mungkinkah ini jawabnya” Pikirku. Aku mulai membuka lembaran awal buku ini, kubaca dengan seksama, karena seriusnya tanpa sadar aku telah melupakan pekerjaanku sebelumnya. Aku asyik membuka lembar demi lembar buku ini. Seakan telah diskenariokan, nasyid yang sebelumnya telah kuputar sebagai penyemangat aktivitasku sampai pada giliran lagu yang disenandungkan grup nasyid “Edcoustic” yang berjudul Dibatas Waktu. Nasyid yang menyenandungkan betapa seorang insan yang harus menjaga cintanya tetap pada ke-ridho-anNya, hingga sampai harus memendam perasaannya sampai batas waktu yang tepat. Sungguh indah pada waktunya. Wah klop sudah…sudah buku tentang pernikahan lagu pun tak kalah menantang. He..
Memang dalam “kamus Islam” tidak ada istilah pacaran, ta’aruf sejati hanya terjadi setelah kita menikah. Seorang hanya bisa belajar seutuhnya menjadi seorang ayah atupun ibu hanya apabila sudah menikah. Karena disana (red: pernikahan) tidak ada yang bisa ditutupin, semua sifat yang tersembunyi selama ini bisa diketahui kedua pihak dan disini pula “semua hal” yang sebelumnya dianggap dosa menjadi ibadah.hmmm… Bagaimana mungkin seorang berpikir untuk menjadi seorang ayah atau ibu yang baik maka kita harus belajar melalui pacaran terlebih dahulu. Apabila seperti itu maka tidak heran banyak maksiat yang tercipta dalam pacaran. “Ck..ck..ck..Na’udzubillah..lindungi hambamu ini ya Allah” gumamku. Pacaran adalah buah dari rasa penasaran atas dorongan syahwat, dengan cara tersebut pula Syetan dapat menjerumuskan kedua insan dalam kenikmatan semu yang berujung kehinaan. Sambil menundukan pandangan aku berkata lirih “Ya Allah aku ingin mengakhirnya dengan syariat-Mu”.
Baginda Nabi Muhammad SAW berpesan kepada umatnya terkait memilih “pasangan hidup”, Rasulullah mengkategorikan prioritas yang sebaiknya menjadi pertimbangan kita memilih pasangan yaitu; pertama Agama, kedua keturunan, ketiga Paras yang bisa menyejukkan matamu, dan selanjutnya Kekayaan. Nah..artinya cinta kepada-Nyalah yang harus diprioritaskan melalui pasangan yang baik dalam Agamanya. “he..mantav jadi semakin mengungatkan target pencarian, tentunya tanpa pacaran”.

*bukan kejadian sebenarnya. Berharap bisa menjadi inspirasi diriku dan bagi para pembaca.

Tinggalkan komentar